Papan Iklan

Jumat, 09 April 2010

SOLUSI KRISIS KEUANGAN GLOBAL (bag. 1)


KRISIS KEUANGAN GLOBAL

Krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat telah menimbulkan keterpurukan ekonomi yang sangat dalam bagi perekonomian AS dan berdampak besar terhadap terjadinya krisis keuangan global yang sangat parah.
Krisis keuangan yang berawal dari krisis subprime mortgage itu merontokkan sejumlah lembaga keuangan AS. Raksasa keuangan sebesar Lehman Brothers pun bisa tumbang. Nyatanya dia tidak sendirian, pelaku bisnis raksasa lainnya juga mengalami nasib tragis yang sama, seperti Washington Mutual Bank. Perusahaan asuransi terbesar di dunia American International Group (AIG) dan perusahaan sekuritas raksasa Merrill Lynch, Morgan Stanley dan Goldman Sachs mengalami sempoyongan yang luar biasa.

Pemerintah AS terpaksa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut. Para investor mulai kehilangan kepercayaan, sehingga harga-harga saham di bursa-bursa utama dunia pun rontok, termasuk Indonesia.

Karena itu, seluruh pengamat ekonomi dunia sepakat bahwa Guncangan ekonomi akibat badai keuangan yang melanda Amerika merupakan guncangan yang terparah setelah Great Depresion pada tahun 1930. Bahkan IMF menilai guncangan sektor finansial kali ini merupakan yang terparah sejak era 1930-an. Hal itu diperkirakan akan menggerus pertumbuhan ekonomi dunia melambat menjadi 3% pada tahun 2009.bahkan bisa jauh lebih rendah.

Ada banyak analisis terkait dengan kehancuran pasar finansial, mulai dari kebijakan defisit AS, kebijakan suku bunga rendah di era Greenspan, keserakahan elit politik, kegiatan spekulatif para petinggi perusahaan, seperti dilakukan Dick Fuld, CEO Lehman Brothers, tingginya biaya program politik luar negeri, manipulasi laporan keuangan dan lain-lain. Hampir semua analisis itu tidak menukik kepada akar masalah yang paling dalam, sehingga apapun obat dan strategi pemulihan yang diberikan pasti tidak mujarab. Penyakit krisis pasti kembali kambuh dan terus berulang.

Semua itu merupakan akibat dari sistim keuangan di dunia saat ini dikuasai oleh sistim
ekonomi kapitalis ribawi, yang mempraktekkan bunga secara terang-terangan yang
selanjutnya dibarengi oleh kegiatan maysir (spekulasi) dan gharar (derivatif)
Menurut penelitian sepanjang abad 20 telah terjadi lebih dari 20 krisis di sektor finansial, dan beberapa dekade terakhir kekerapannya semakin tinggi. Dampak dari itu semua berimbas pada masyarakat yang lemah dalam keuangan, angka kemiskinan dan Pengangguran meningkat konstan (terus-menerus).
Selain itu ada dampak lain dari system kapitalisme ribawi.
• Inflasi tinggi (high – hyperinflation)
• Kesenjangan ekonomi yang semakin tajam
• Sistem Bunga menjadi lahan (peluang) untuk berspekulasi
• Terjadinya Volatilitas dan instabilitas ekonomi keuangan
• Volatilitas menurunkan ekspor dan investasi
• Ketidakstabilan Politik negara-negara bangsa
• Gurita Hutang pada seluruh negara ketiga (Debt Slavery on 80% of World Population), mencapai US$ 600 per-kepala.
• Bubble Economy ; Peredaran Uang di dunia 700 T dolar, 99 % beredar secara ribawi (maya) dalam transaksi derivatif, hanya 1 % yang bergerak secara riil (perdagangan barang dan jasa)
• Di bawah sistem ekonomi ribawi, dunia senantiasa rawan dan terancam krisis-krisis berikutnya.

Sampai disini dulu ulasan saya nanti disambung lagi. Info di atas saya dapat dari seorang teman yang sedang kuliah di Fakultas Perbankan Syariah Islam program S1, disalah satu perguruan tinggi terkemuka di Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar